Perlu Kesamaan Persepsi tentang Standar Pendidikan
MEDAN (Berita): Buku etika dan moralitas pendidikan-
peluang dan tantangan karangan Guru Besar Unimed, Prof. Dr Syaiful
Sagala MPd diluncurkan sekaligus dibedah di Hotel Polonia Medan, Jumat
(8/11).
Tampil
sebagai pembedah Jaksa Agung Muda Intelijen Kejaksaan Agung RI,
Dr.H.Ajat Sudrajat, SH, MM, Prof. Dr.Ir. Ahkmad Fauzi, MMT (Guru Besar
UPN Veteran Jatim dan Alumnus Lemhanas RI PPSA 17), Dr. Amirsyah
Tambunan (Dosen UI Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga Wakil Sekjen MUI
Pusat), Prof. Dr. Baharum, SH, MA (Rektor Universitas Bandung) dengan
moderator Prof Dr Alwin Surya.
Jaksa Agung Muda Intelijen Kejaksaan Agung RI, Dr.H.Ajat Sudrajat, SH, MM mengatakan sekolah sebagai satuan pendidikan merasa kesulitan untuk mengembangkan diri sesuai hak otonom yang dimilikinya.
“Prestasi
yang menonjol bagi seorang guru tidak diberikan jaminan untuk dipercaya
menjadi kepala sekolah. Tapi itu bisa terjadi jika ada transaksi dan
nepotisme,” ucap Ajat Surdajat.
Dia juga menyayangkan pejabat pada dinas pendidikan
memposisikan guru sebagai bawahan yang harus mematuhi perintah secara
birokratis. yang tidak patuh akan mendapat kesulitan sesuai
subjektifitas pejabat birokrasi tersebut.
Ajat juga mengkritisi anggota DPRD yang sibuk dengan kepentingannya, kalaupun bicara soal pendidikan di berbagai media masa bukan pada solusinya, tetapi pada pencitraan bahwa dia peduli pendidikan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan etika pendidikan karena masih sarat dengan kepentingan pribadi dan kelompoknya masing-masing.
Untuk itu perlu ada kesamaan persepsi oleh kepala daerah, pejabat pada pemerintah daerah, legislatif, pejabat dinas pendidikan, pimpinan sekolah dan guru, serta stakeholder pendidikan mengenai standar pendidikan yang bermutu di daerahnya.
Sedangkan Prof. Dr. Syaiful Sagala, MPd, mengatakan buku tentang “Etika dan Moralitas Pendidikan” terkait dengan kepemimpinan.
Sedangkan Prof. Dr. Syaiful Sagala, MPd, mengatakan buku tentang “Etika dan Moralitas Pendidikan” terkait dengan kepemimpinan.
Menurutnya,
seorang pemimpin itu kalau bisa harus fokus dalam mengambil kebijakan.
Misalnya, bupati dan walikota diminta fokus mengurusnya sehingga sekolah
tersebut betul-betul unggul. Syaiful juga mengakui tentang kondisi riil
yang dihadapi dunia pendidikan
seperti disampaikan Ajat Sudrajat, bahwa guru kalau datang di kantor
dinas selalu dijadikan seperti bawahan. Dia tidak dihormati sebagai
guru, dia hanya dihormati di hadapan murid-muridnya.
“Inilah
etika yang tidak sesuai, seharusnya guru itu dihormati di hadapan semua
orang, mau orangtua, pejabat dan elemen masyarakat lain. Tetapi,
sebaliknya guru juga harus memiliki etika agar dihormati, karena jika
tidak memiliki etika maka tidak dihormati orang. Jadi, integritas
pribadi guru harus dijaga. Inilah yang harus satu persepsi,” katanya.
Syaiful mengaku penulisan buku ini lebih ditekankan bagaimana sistem manajemen pendidikan yang bisa difokuskan. Semua elemen yang terkait pendidikan harus memakai etika.
Demikian
juga dengan pengangkatan kepala dinas, lanjut Guru Besar Unimed ini
juga harus jauh dari transaksi, karena jika hal tersebut muncul, maka pendidikan tidak berjalan secara maksimal dan hanya berjalan secara administratif saja.
Dia menyarankan, kepada kepala daerah untuk memiliki integritas dan komitmen yang kuat terhadap pembangunan pendidikan, karena jika pemimpin daerah tidak memiliki komitmen maka kepala sekolah tidak bisa berbuat banyak.Turut memberikan sambutan mewakili Ketua Umum Ikatan Alumni Lemhanas RI Program Pendidikan Singkat Angkatan XVII (IKAL PSA XVII), Marsma Dwi Jatmiko.
0 komentar:
Posting Komentar